sejarah phlebotomy
|
PHLEBOTOMY
|
JURUSAN ANALIS
KESEHATAN POLTEKES KEMENKES KUPANG
|
|
DICKY FANGIDAE
|
3/3/2014
|
TUGAS MATA KULIAH
PHLEBOTOMY
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
SEMESTER GENAP TINGKAT II.B
TA.2013/2014
1. Jelaskan pengertian phlebotomy dan
sejarah phelebotomy !
Jawab :
Phlebotomi
atau “phlebotomy” diambil dari bahasa Yunani, yaitu kata phlebos yang berarti
vena, dan tome¸yang berarti insisi/pemotongan. Sejarah terjadinya yang
mendukung kemungkinan pengeluaran darah untuk alasan terapi mungkin dimulai di
Mesir pada tahun 1400 sebelum masehi.
Lukisan
makam yang ditemukan pada jaman itu menunjukkan aplikasi lintah pada pasien.
Penumpahan darah, atau praktek mengeluarkan darah dari anggota badan, telah
dilakukan dalam beberapa bentuk oleh hampir semua masyarakat dan budaya.
Setelah dikenal bahwa pembuluh vena yang berada pada permukaan kulit yang
ditandai dengan garis berwarna biru atau hijau pada kulit, dilakukan insisi
secara langsung pada pembuluh vena. Berbagai bentuk perdarahan spontan
diantaranya mimisan, menstruasi, dan contoh – contoh yang dihasilkan oleh
pukulan untuk setiap anggota tubuh, rupanya mengilhami jasa manusia awal
penumpah darah.
Praktek
pengambilan darah tampak mulai logis ketika dasar dari semua perawatan medis
didasarkan pada empat cairan tubuh, yaitu darah, dahak, empedu kuning, dan
empedu hitam. Seni penumpahan darah (bloodletting) sedang berkembang baik
sebelum masa Hipokrates pada abad kelima SM. Pada pertengahan jaman, baik ahli
bedah maupun tukang cukur rambut memiliki spesialisasi pada praktek yang berhubungan
dengan darah ini. Tukang potong rambut diiklankan dengan warna merah
(mewakili darah) dan putih (untuk tourniquet) berbelang pada tiang. Tiang
tersebut merepresentasikan stik yang digenggam. Pada tahun 1210, tukang potong
rambut dan ahli bedah berkumpul dan mendirikan perkumpulan Tukang cukur –
bedah dimana anggotanya dibagi menjadi Surgeons of the Long Robe dan Lay Barbers
dan Surgeons of the Short Robe.
Belakangan
diketahui larangan untuk melakukan beberapa pembedahan kecuali penumpahan
darah, pembedahan luka, bekam, penghisapan dengan lintah, pencukuran,
pencabutan gigi, dan penyuntikan laksatif. Operasi mayor ditangani oleh
spesialis, biasanya keturunan dari keluarga tertentu, dimana, jika mereka
merupakan anggota dari perkumpulan akan menjadi Surgeons of the Long Robe.
William Harvey, orang yang mempublikasikan penemuannya tentang sirkulasi pada
tahun 1628, mengakui nilai investigasi implikasi daripada teorinya. Harvey
tidak dapat menjelaskan penyebab dan kegunaan sirkulasi tetapi dia mempercayai
itu tidak akan mengganggu praktek penumpahan darah.
Pada awal
abad 19 ahli fisiologis Franqois Magendie (1783-1855), yang berargumentasi
tentang penumpahan darah, menunjukkan efek fisiologis perbedaan penumpahan
darah vena dan penggunaan obat hampir sama, dan juga disana beberapa pilihan vena
mana yang dipilih tidak akan berpengaruh terhadap prosedur.
Tantangan
serius pertama dalam praktek penumpahan darah yang dibuat pada abad 16 dan 17
di bawah kepemimpinan ahli kimia Jerman Paracelcus dan pengikut Belgia, Van
Helmont. Kimia medis atau Iatrochemist yang didukung penjelasan tentang
penanganan suatu penyakit berdasar pada praktek dan teori kimia. Mereka
mempercayai suatu keadaan dimana darah akan teregulasi baik dengan memasukkan bahan
kimia dan obat daripada dengan cara sederhana yaitu mengeluarkan beberapa
bagian darah. Iatrochemistry menjamin substitusi dalam dunia medis menggantikan
pengeluaran darah dalam hal terapi. Dari zaman Hippocrates (abad ke-5 S.M) dan
mungkin sebelumnya, meskipun tidak ada catatan tertulis yang tersedia, penumpahan
darah memiliki suara pendukung dan memperpanas musuhnya.
Pada abad
ke – 5 SM Aegimious dari Eris (470 SM), penulis pertama pemeriksaan pada nadi,
menentang vena seksi. Sementara Diogenes dari Appolonia (430 SM), yang
menggambarkan vena kava dengan cabang – cabang utamanya, adalah pendukung dari
praktek tersebut.
Kebangkitan
kedokteran Hipokrates pada akhir abad 17 dan 18 juga diikuti pertanyaan
tentang efektivitas terapi penumpahan darah. Perawatan seperti terapi
penumpahan darah itu dirasakan oleh para neo-Hipokrates, hanya mungkin
berfungsi melemahkan pasien dan menghambat proses penyembuhan alami.
Teknik dan
Instrumen
Duri tajam, jerat, gigi ikan, dan batu yang
ditajamkan merupakan peralatan yang dahulu digunakan untuk mengeluarkan darah.
(Museum of History and Technology)
Vena seksi, salah satu prosedur dalam medikasi kuno, dan
beberapa prosedur sejenis seperti menyobek abses, menusuk rongga yang mengandung
cairan, dan membedah jaringan, dimana semuanya dicapai pada periode klasik dan
kemudian dengan alat yang phlebotome tersebut. Phlebos merupakan bahasa Yunani
untuk “vena”, sementara “tome” diambil dari kata “temnein” yang berarti “memotong”.
Dalam bahasa latin, “phlebotome” menjadi “flebotome”, dan dalam sebuah
manuskrip Anglo Saxon tertanggal 1000 sesudah masehi, kata “fleam” terbit.
Phlebotome, sejenis lancet, tidak dideskripsikan dalam beberapa literatur
kuno, namun penggunaannya membuatnya jelas bahwa itu adalah runcing, bermata
dua, dan alat pemotong berbilah lurus atau seperti skalpel dan digunakan untuk
membelah vena besar. Pada contoh awal “fleam”, seperti spesimen yang ditemukan
di Pompeii, instrumen ini dikaitkan dengan kedokteran hukum.
Sejak awal praktek, dokter Roma, melakukan pekerjaan operasi
sebaik yang dilakukan oleh dokter hewan, dimungkinkan mereka menggunakan
instrumen sama yang digunakan untuk membedah pembuluh darah pada hewan maupun
manusia. Pada abad 17 dan 18, jenis daripada “fleam” (German fliete, Prancis
flamette), yang memiliki ujung runcing pada sudut kanan untuk pegangan, ini
digunakan di Jerman, Belanda, Wina, dan Austria. Sejak spesimen ditemukan di
museum bervariasi dalam berbagai ukuran, ada kemungkinan bahwa fleam digunakan
pada hewan dan manusia.
Pada abad 15, lancet ibu jari atau disebut sebagai gladiolus,
sagitella, lanceola, lancetta, atau olivaris diperkenalkan. Alat ini segera
menjadi instrumen pilihan untuk membuka pembuluh darah di bagian manapun dari
tubuh. Besi bermata dua atau pisau baja ditempatkan di antara dua sarung yang
lebih besar, biasanya terbuat dari tanduk atau kerang, dan ketiga bahan
tersebut bersatu di dasar dengan sekrup terpaku. Pisau bisa ditempatkan di
berbagai sudut kemiringan saat digunakan. Bentuk pisau, baik itu lebar atau
sempit, ditentukan kemudahan kulit dan vena yang akan ditembus. Sebuah pisau
panjang atau sempit sangat penting untuk menembus pembuluh darah yang terletak
di bawah lapisan jaringan lemak.
Documentation of The Project Gutenberg EBook of Bloodletting
Instruments in the National
Lancet dan penutupnya abad 18 dan 19. Sarungnya terbuat
dari kerang, perak dan tempurung kura - kura Seorang ahli bedah disarankan membawa
lancet dari berbagai ukuran dan bentuk agar siap untuk membuka pembuluh darah
yang berbeda dari ukuran dan lokasi berbeda. Bahkan Hipokrates memperingatkan
pada semua jasa petugas terapi penumpahan darah untuk tidak menggunakan lancet
ukuran berbeda tanpa pandang bulu, “karena ada bagian – bagian tertentu dari
tubuh yang memiliki arus deras yang tidak mudah berhenti”. Untuk pembuluh yang
mudah dilukai, sangat esensial untuk membuat luka yang sempit; atau akan
sangat sulit bahkan tidak mungkin menghentikan aliran darah.
Untuk pembuluh yang lain, lancet untuk membuat luka
yang besar dibutuhkan, jika tidak darah tidak akan mengalir lancar. Pada akhir
1980 dan awal 1990, profesi phlebotomi dipecah sebagai hasil dari pengembangan
teknologi dan ekspansi fungsi laboratorium. Biasanya hanya tenaga medis dan teknisi
medis yang diijinkan untuk melakukan pengambilan darah, tetapi kebijakan
tersebut lambat laun berubah dalam beberapa dekade ini, pengambilan dan
penampungan spesimen didelegasikan pada kelompok yang terlatih secara
profesional, termasuk phlebotomis.
PENGERTIAN
PHLEBOTOMI
Phlebotomi adalah proses pengambilan darah dengan
teknik yang benar sehingga komponen analitnya bisa dipertahankan. Tujuan
phlebotomi ini untuk mendapatkan sampel darah dengan meminimalisir kesalahan
sehingga tidak mengganggu hasil pemeriksaan laboratorium.
2.
Jelaskan pengertian Phlebotomist dan Kompetensi
Profesional Phlebotomist !
Jawab :
Phlebotomis adalah istilah tenaga kesehatan
yang terlatih serta tersertifikasi untuk melakukan pengambilan sampel darah
baik itu dari vena, arteri, maupun kapiler.
- Kompetensi
adalah kemampuan atau pengetahuan yang dibutuhkan seorang untuk melaksanakan
suatu tugas atau Aktivitas tertentu secara berhasil.
- Profesional
: Seorang yang memiliki kompentensi tinggi dalam melaksanakan atau aktivitas
tertentu.
Kompetensi
berarti memiliki kemampuan atau pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
suatu kegiatan secara sukses. Seorang yang kompeten (competent) adalah orang
yang (karena memiliki pengetahuan) efesien dan mampu melaksanakan kegiatannya
dengan berhasil. Sejalan dengan pemahaman ini, seorang flebotomis yang memiliki
kompetensi (competency) adalah seorang tenaga kesehatan yang memiliki
pengetahuan seputar flebotomi dan berkemampuan melaksanakan pengambilan darah
secara efesien (berdaya–guna ) dan efektif (berhasil-guna). Kompetensi yang
dituntut dan harus dimiliki seorang flebotomis bervariasi sesuai situasi dan
kondisi institusi pelayanan kesehatan dan tempat kerjanya.
Tuntutan peran dan tanggung jawab ini yang
mungkin menjadi landasan dikembangkannya proses pengambilan specimen darah
menjadi sebuah profesi tersendiri. Flebotomis harus menyiapkan diri dalam
banyak hal :
» Memahami pengetahuan anatomi dan fisiologi
tubuh manusia.
» Memahami situasi pasien.
» Memahami teknik komunikasi
» Memahami peralatan dan prosedur pengambilan
specimen darah
» Memahami penyiapan dan pengiriman bahan
» Memahami proses pengendalian mutu.
Kompetensi
seorang flebotomis meliputi :
1. Menerapkan
pengetahuan
Menerapkan pengetahuan berupa istilah medik, prinsip,
prosedur, sumber kesalahan, dasar-dasar pengendalian infeksi, prosedur
melaksanakan standar (standard Operational Procedure, SOP ), dan sifat biologic
dasar.
2. Melakukan
pemilihan yang sesuai
Melakukan pemilihan yang sesuai urutan meliputi tindakan,
peralatan/ metodik/ prosedur, dan lokasi pengambilan darah
3. menyiapkan
pasien dan peralatan
4. Menilai
keadaan pasien dan sample
Kemungkinan sumber kesalahan, masalah teknis atau
prosedur, metodik dan tindakan yang sesuai, tindakan perbaikan. Kompetensi
lainnya merupakan kompetensi tambahan guna untuk memudahkan flebotomis melaksanakan
pekerjaan nya:
1. melakukan
komunikasi dengan pasien
2. Melakukan
aktivitas tata-usaha (Mengenai data-data)
3. Menjaga
kebersihan tempat kerja (membantu penghambatan penyebaran penyakit)
3.
Jelaskan bagaimana pelaksanaan Phlebotomy meliputi Penerimaan dan persiapan
pasien, pemilihan vena, pemesangan Tourniquet, dan pengambilan darah !
Jawab
:
Ø Persiapan pasien
1. Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal yang
perlu dilakukan dan tidak perlu dilakukan oleh pasien sebelum dilakukan
pengambilan darah.
2. Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 10-12
jam sebelum pengambilan darah (untuk pemeriksaan glukosa darah, cholesterol,
trigliserid, ureum, dan kreatinin) tidak melakukan aktifitas fisik yang berat,
tidak merokok, dan tidak minum alkohol.
3. Meyakinkan pasien bahwa pengambilan tidak
memerlukan waktu yang lama dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Ø Pemilihan vena
Pada umumnya vena yang baik adalah vena yang besar,
letaknya superfisial, dan terfiksasi.
a. Lokasi
penusukan harus diperhatikan. Phlebotomis tidak boleh menusuk pada bagian yang
terdapat luka, hematoma, infeksi, oedema. Untuk pengambilan darah, selain tidak
dilakukan pengambilan pada tempat-tempat tersebut juga tidak boleh dilakukan
pada daerah yang sedang dipasang infus.
b. Pada waktu
penusukan posisi kemiringan jarum yang dibentuk adalah 15º - 20º.
c. Bila tusukan
sudah dalam tetapi tidak mengenai vena maka jangan sekali-kali membelokkan
jarum kearah vena karena dapat menimbulkan rasa sakit. Tindakan yang benar
adalah jarum ditarik jangan sampai lepas kemudian ditusukkan ke arah vena.
Ø Pemasangan Tourniquet
a) Pembendungan
vena dengan tourniquet jangan terlalu lama karena dapat menyebabkan
hemokonsentrasi setempat.
b) Jangan
melepas tourniquet sesudah jarum dilepaskan karena menyebabkan hematoma.
c) Kulit yang
ditusuk masih basah oleh alkohol maka dapat menyebabkan darah hemolisis.
Ø Teknik Pengambilan Darah
Setelah
menyiapkan alat dan bahan, flebotomis harus menentukan lokasi penusukan. Pemilihan letak pengambilan harus sangat diperhatikan
dan harus memenuhi syarat yaitu pada lengan yang tidak terluka dan tidak
terpasang infus. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka pengambilan dilakukan
pada lengan sebelah dan apabila semua lengan terpasang infus maka penambilan
vena dapat dilakukan pada vena kaki (apabila
sangat terdesak).
Lokasi
vena yang dipilih untuk pungsi vena bervariasi, tergantung usia dan keadaan
vena.
a)
Pada orang dewasa
Diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam
lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan
tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica
atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada
vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan
dengan arteri brachialis dan syaraf mediana.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
· Lengan pada sisi mastectomy
· Daerah edema
· Hematoma
· Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
· Daerah bekas luka
· Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
· Daerah intra-vena lines
Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan
dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
b)
Pada Anak – anak
Pada umumnya
bayi dan anak kecil tidak dapat bekerja sama saat intervensi dilakukan dengan
berbagai prosedur. Untuk itu perawat yang bertanggung jawab mengurangi pergerakan
dan ketidaknyamanan dengan posisi yang sesuai.
Anak lebih tua biasanya membutuhkan penjelasan yang tepat sebagai persiapan
sebelumnya, serta dukungan dan bimbingan yang mudah dimengerti selama prosedur
berlangsung. Dorongan dari orang tua dapat menurunkan tingkat kecemasan untuk
prosedur yang menyakitkan atau prosedur yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Anak
seharusnya diberi analgetik yang banyak atau adekuat untuk menurunkan tingkat
nyeri dan membutuhkan penahanan atau penekanan yang kuat untuk anestesi lokal.
Gunakan penahan rasa nyeri dengan lidocoine umtuk mengurangi sensasi rasa
nyeri.
b.1 Pungsi Vena Jugularis
Pada umumnya, super fisialis
externa pada vena jugularis adalah lokasi pengambilan darah spesimen pada bayi atau anak. Untuk memudahkan
menemukan vena tersebut tempatkan anak pada posisi restrain mumy pada
bagian atas penahanan/penekanan, cukup mudah menemukanya, posisikan anak
sehingga kepala anak diletakkan pda bagian luar tepi meja atau bantal kecil dengan
leher diperlebar atau diperpanjang dan kepala diputar lurus kesamping. Salah
satu metode alternatif (terapi penekanan atau penahanan) lengan dan kaki dengan
melibatkan atau bantuan orang tua dengan waktu bersamaan kepala anak
diposisikan. Hal ini sangat penting bagi perawat membantu anak agar dapat
mengkontrol kepalanya tanpa bantuan dari perawat saat melakukan pencarian
terhadap venanya. Tangisan pada anak selama prosedur dapat meningkatkan tekanan
intra vena (IV) sehingga vena dapat terlihat, selama tindakan dengan tidak
melakukan tekanan yang berlebihan untuk sirkulasi pengkompresan atau selama
bernapas atau selama prosedur.atau sebagai berikut:
Prosedur
Pungsi Vena Jugularis
-
Tempatkan anak pada restrein
mumi
-
Ganti prosedur yang digunakan.
-
Lengan dan kaki bayi atau
anak-anak dapat distrein dengan lengan bawah perawat pada waktu yang bersamaan
dengan kepala anak diposisikan dan direstrein
-
Menghadap anak, posisi anak
dengan kepala dan bahu diekstensikan melewati sudut meja atau bantal kecil
dengan leher diekstensikan dan dimiringkan dengan tajam kesatu sisi
-
Perhatikan bahwa tekanan yang
berlebihan tidak menurunkan sirkulasi atau pernapasan dan bahwa hidung dan
mulut tidak tertutup oleh tangan periestrein.
b.2 Pungsi Vena Femoralis
Prosedur lain dapat
menggunakan tempat atau daerah pungsi vena yang lebih luas yaitu vena pada
femur. Penahanan atau penekanan pada bayi dilakukan dengan posisi anak terlentang dan kaki menyerupai posisi katak untuk membuka pangkal paha. Sehingga Kedua lengan dan kaki bayi dapat dikontrrol secara efektif oleh lengan bawah dan tangan perawat. Hanya pada bagian venipuncture saja yang terbuka, jadi
perawat yang seharusnya
melindungi atau mengawasi saat anak urinasi selama prosedur. Penekanan dilakukan pada daerah tersebut setelah pengambilan darah untuk mencegah pengeluaran darah di daerah tersebut.
Prosedur Pungsi Vena Femoralis
-
Tempatkan anak pada posisi
terlentang dengan kaki pada posisi seperti katak agar daerah lipatan paha dapat
terlihat
-
Restrein kaki pada posisi katak
sambil mengendalikan lengan anak dan gerakan tubuh dengan tekanan lengan bawah
ke arah bawah dan ke arah dalam
-
Tutup daerah genetalia untuk
melindungi operator dan sisi pungsi vena dari kontaminasi bila anak berkemih
selama prosedur
-
Sisi ini tidak dianjurkan
untuk akses vena jangka panjang pada anak yang bergerak karena adanya risiko
infeksi dan trauma pada area fleksi
b.3 Pungsi
Vena Ektremitas
Kebanyakan daerah pungsi vena
pada daerah extremitas, khususnya pada lengan dan tangan. Posisi yang tepat
adalah menempatkan anak pada pangkuan orang tua, dengan wajah anak melihat
orang tua dan pada posisi mengangkang. Selanjutnya tempatkan lengan anak untuk
persiapan pungsi vena diatas seperti perawatan di meja untuk mendukung dan
tempatkan kain lembut atau handuk. Membutuhkan asisten saat immobilisasi lengan
atau bantuan orang tua untuk melakukannya jika asisten tidak ada. Apabila orang
tua telah memeluk seluruh tubuh anak untuk memegang lengan anak tersebut dan
tempatkan kaki anak diantara kaki orang tuanya. Jika anak harus terlentang,
orang tua atau asisten berada disamping tempat tidur dan bersandar diatas tubuh
anak untuk penekanan atau penahanan, gunakan tangan untuk memegang lengan saat
pungsi vena. Pastikan operator berdiri di samping lain tempat tidur untuk
mengakses lengan saat pungsi vena
Prosedur
Pungsi Vena Estremitas
-
Tempatkan anak pada posisi
terlentang
-
Minta operator berdiri di
salah satu sisi tempat tidur, menstabilkan lengan yang akan digunakan untuk
pungsi vena
-
Minta asisten berdiri disisi
tempat tidur yang lain, manunduk melewati tubuh anak bagian atas untuk
berfungsi sebagai restrein dan menggunakan lengan yang paling dekat dengan
operator untuk membantu restrein pada pungsi vena.
Selain itu
juga bisa menggunakan prosedur seperti di bawah ini :
-
Tempatkan anak pada posisi
duduk dipangkuan orang tua (asisten )
-
Minta operator berdiri disalah
satu sisi anak, menstabilkan lengan yang digunakn untuk pungsi vena
-
Minta asisten untuk
menggunakan lenganya untuk memeluk dan merestrein tubuh anak bagian atas, bila
perlu letakkan kaki anka diantara kaki asisten untuk merestrein tubuh bagian
bawah
c)
Pada usia lanjut
Pada pasien geriatric ( lanjut
usia) tidak diperlukan teknik atau metode khusus untuk
mendapatkan specimen darah. Yang menjadi bahan pertmbangan
adalah adanya penurunan Fungsi-fungsi organ akibat proses
penuaan. Metode penusukan kulit/ kapiler, wing nidle maupun dengan
vacutiner biasa merupakan alternative pilihan tergantung kondisifisiknya.
Pengambilan specimen tidak boleh dilakukan pada
vena-vena yang melebar (atau varises). Darah yang diperoleh pada varises
tidak menggambarkan biokimiawi tubuh yang sebenarnya
karena darah yang diperoleh adalah darah yang mengalami stasis.
Resiko lainnya adalah kecendrungan untuk terjadi konfilkasi pendarahan
dan infeksi.
d. Pasien Yang Terpasang Cairan Intra Vena
Pemilihan letak vena menjadi perhatian penting ketika pasien terpasang intravena (IV) line, misalnya infus. Prinsipnya, pengambilan sampel darah tidak boleh dilakukan pada lengan yang terpasang infus. Jika salah satu lengan terpasang infus, maka pengambilan darah dilakukan pasa lengan yang tidak terpasang infus. Jika kedua lengan terpasang infus, lakukan pengambilan pada vena kaki.
Berikut ini adalah teknik pengambilan sampel darah pada
pasien yang terpasang infus atau IV lines
Alternatif 1
Jika memungkinkan, lakukan pengambilan darah
pada lengan yang tidak terpasang infus.
Alternatif 2
Jika tidak memungkinkan, lakukan pengambilan
sampel darah di daerah kaki
Alternatif 3
Jika tidak ada akses vena di tempat lain,
lakukan pengambilan sampel darah pada lengan yang terpasang infus dengan cara :
-
Mintalah perawat untuk
menghentikan aliran infus selama minimal 2 menit sebelum pengambilan.
-
Pasang tourniquet pada bagian sebelah
bawah jarum infus.
-
Lakukan pengambilan sampel
darah pada vena yang berbeda dari yang terpasang infus atau di bagian bawah
vena yang terpasang infus.
-
Mintalah perawat untuk
me-restart infus setelah spesimen dikumpulkan.
-
Buatlah catatan bahwa spesimen
dikumpulkan dari lengan yang terpasangi infus beserta jenis cairan infus yang
diberikan. Tulislah informasi ini pada lembar permintaan lab.
Alternatif 4
Jika hanya ada satu saja akses
vena di tempat yang terpasang infus, maka :
-
Hentikan aliran infus seperti
cara di atas
-
Keluarkan darah dari vena
tersebut, buang 2-5 ml pertama, dan tampung aliran sampel darah selanjutnya
dalam tabung.
-
Mintalah perawat untuk
me-restart infus setelah spesimen dikumpulkan.
-
Buatlah catatan bahwa spesimen
dikumpulkan dari lengan yang terpasangi infus beserta jenis cairan infus yang
diberikan. Tulislah informasi ini pada lembar permintaan lab.
Perhatian : Pemilihan alternatif 3 dan 4 harus
dengan ijin dan pengawasan dokter. Phlebotomis dapat bekerjasama dengan perawat
untuk prosedur pengambilan ini.
Ø Penampungan Sampel
Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek
laboratorium klinik adalah sebagai berikut :
- Tabung tutup merah
Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah
akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan
untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching
test)
- Tabung tutup kuning
Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang
fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada
di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi
- Tabung tutup hijau terang
Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan
antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian
atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan
kimia darah.
- Tabung tutup ungu atau lavender
Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap
dan bank darah (crossmatch)
- Tabung tutup biru
Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan
koagulasi (misalnya PPT dan APTT)
- Tabung tutup hijau
Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk
pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
- Tabung tutup biru gelap
Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk
pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
- Tabung tutup abu-abu terang.
Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk
pemeriksaan glukosa.
- Tabung tutup hitam
Berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR)
- Tabung tutup pink
Berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.
- Tabung tutup putih
Potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
- Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas
Berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob,
anaerob dan jamur
4.Jelaskan
Komplikasi Phlebotomy dan penanganannya !
Jawab :
Dalam pengambilan darah vena yang salah dapat
menyebabkan komplikasi, antara lain : (Adie.2011)
1. Pingsan (Syncope)
Pingsan adalah keadaan dimana pasien kehilangan
kesadaran beberapa saat karena penurunan tekanan darah. Gejala dapat berupa
rasa pusing, keringat dingin, pengelihatan kabur, nadi cepat, bahkan bisa
sampai muntah. Pingsan dapat disebabkan karena pasien mengalami rasa takut yang
berlebihan atau karena pasien puasa terlalu lama.
Sebelum
dilakukan phlebotomi hendaknya seorang phlebotomis menanyakan apakah pasien
memiliki kecenderungan untuk pingsan saat dilakukan pengambilan darah. Jika
benar maka pasien diminta untuk berbaring. Phlebotomis hendaknya memberikan
pengertian kepada pasien agar pasien merasa nyaman dan tidak takut. Agar pasien
tidak takut, phlebotomist sebaiknya mengajak pasien berbicara agar perhatiannya
teralihkan.
Pengambilan
darah vena pada orang pingsan harus diberi oksigen agar pembuluh darah membuka
sebab pada orang pingsan pembuluh darahnya menutup.
Cara
Mengatasi :
-
Hentikan pengambilan darah
-
Pasien dibaringkan di tempat tidur, kepala dimiringkan
ke salah satu sisi
-
Tungkai bawah ditinggikan (lebih tinggi dari posisi
kepala)
-
Longgarkan baju dan ikat pinggang pasien
-
Minta pasien untuk menarik nafas panjang
-
Minta bantuan kepada dokter
-
Jika pasien belum sempat dibaringkan, minta pasien
menundukkan kepala diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang
2. Hematoma
Terjadi karena :
-
Vena terlalu kecil untuk jarum yang dipakai
- Jarum
menembus seluruh dinding vena
- Jarum
dilepaskan pada saat tourniquet masih dipasang
- Tusukan
berkali-kali
- Tusukan
tidak tepat
-
Pembuluh darah yang rapuh
Cara
mengatasi :
Jika
terjadi hematoma lepaskan jarum dan tekan dengan kuat sehingga darah tidak
menyebar dan mencegah pembengkakan. Apabila ingin cepat hilang, kompres dengan
air hangat seraya diurut dan diberi salep trombopop.
3. Petechiae
Bintik kecil merah dapat muncul karena
pendarahan kapiler di bawah kulit. Ini karena kelainan pembuluh darah. Jika
terjadi setelah dibendung dapat dikarenakan pembendungan yang terlalu lama.
4. Nyeri pada bekas tusukan
Rasa nyeri berlangsung tidak lama sehingga
tidak memerlukan penanganan khusus. Nyeri bisa timbul akibat alkohol yang belum
kering atau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat.
Cara
pencegahan :
- Setelah kulit didesinfeksi, tunggu
alkohol hingga mengering sebelum dilakukan pengambilan darah.
- Penarikan jarum jangan terlalu
kuat.
5.
Vena kolaps
Terjadi
karena penarikan plunger terlalu lama atau terlalu cepat.
6. Pendarahan
berlebihan
Pendarahan yang berlebihan terjadi
karena terganggunya sistem koagulasi darah pada pasien. Hal ini bisa terjadi
karena :
- Pasien
melakukan pengobatan dengan obat antikoagulan sehingga menghambat pembekuan
darah.
- Pasien
menderita gangguan pembekuan darah.
- Pasien
mengidap penyakit hati kronis sehingga pembentukan protrombin dan fibrinogennya
terganggu.
Cara mengatasi :
-
Menekan kuat pada tempat pendarahan
-
Memanggil dokter untuk penanganan selanjutnya
7.
Kerusakan vena
Terjadi karena pengambilan darah
yang berulang kali pada tempat yang sama sehingga meyebabkan kerusakan dan
peradangan setempat. Hal ini mengakibatkan pembuluh darah menutup.
Pencegahan :
Dengan menghindari pengambilan
berulang kali pada tempat yang sama.
8.
Komplikasi neurologis
Komplikasi
neurologis dapat bersifat lokal karena tertusuknya syaraf dilokasi penusukan.
Hal ini dapat menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke lengan.
Serangan kejang juga dapat terjadi.
Cara
mengatasi :
-
Hentikan pengambilan darah
- Baringkan
pasien dengan kepala dimiringkan ke salah satu sisi, bebaskan jalan nafas dan
hindari agar lidah tidak tergigit
-
Hubungi dokter
9. Terambilnya
darah arteri
Salah penusukan dapat mengakibatkan
terambilnya darah arteri karena phlebotomis menusuk pembuluh darah arteri.
Jadi, seorang phlebotomis harus bisa menentukan pembuluh darah yang akan
ditusuk.
10.
Alergi
Alergi bisa terjadi karena
bahan-bahan yang dipakai dalam phlebotomi, misalnya alergi terhadap antiseptik
dan plester. Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan dan gatal.
Phlebotomis
hendaknya menanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap bahan-bahan
yang akan digunakan dalam proses pengambilan darah. Jika pasien alergi terhadap
alkohol 70% maka dapat diganti dengan larutan iodium atau dengan betadine.
Cara
mengatasi :
-
Tenangkan pasien dan beri penjelasan
-
Panggil dokter untuk penanganan selanjutnya
5. Jelaskan Komunikasi Phlebotomist dengan pasien !
Jawab :
Flebotomis
adalah professional yang berada pada lini terdepan dalam berinteraksi dengan
pasien. Jangkauan pelayanannya tidak terbatas hanya pada pasien dirumah sakit tetapi
juga pasien diluar rumah sakit. Keterampilan berkomunikasi menjadi bagian
integral dari keterampilan profesi seorang flebotamis. Komunikasi adalah Pemindahan
pesan ( transfer of messege ) dan si pembicara kepada sipendengar. Pesan akan
diresponi atau dijawab oleh si pendengar. Dalam hal demikian, sudah terjadi
interaksi komunikasi antara si pembicara (flebotois) dan si pendengar (pasien).
Untuk setiap interaksi dikenal beberapa jenis komunikasi. Jika dalam hal
mendapatkan atau Mengumpulkan specimen darah secara efektif dengan pasien
flebotomis memerlukan keterampilan berkomunikasi.
Ada
beberapa bentuk komunikasi yang bisa dipakai dalam ber interaksi dengan pasien.
Namun begitu, komponen-komponen tertentu dan bentuk komunikasi yang berbeda
bisa mempengaruhi bisa–tidaknya pesan dan respon terkirim dan diterima dengan
tepat dan benar. Masa interaksi dengan pasien perlu disediakan cukup banyak
tetapi flebotomis harus mampu menggunakan keterampilan berinteraksinya untuk
membangun hal-hal berikut :
☼
Kepercyaan pasien
☼ Mencerminkan Propesionalisme
flebotomis
☼ Mengarah kepada kebutuhan praktis agar
terhindari masa layan yang berkepanjangan.
☼ Tidak tampak mengancam (menakutkan) terutama dihadapan pasien anak.
☼ Tidak tampak mengancam (menakutkan) terutama dihadapan pasien anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar