Nama : Dicky Fangidae
Nim : Po. 530333312 1222
Tingkat : II b
|
DEFENISI DAN SEJARAH IMUNOLOGI
DAN SISTEM IMUN
A.DEFINISI
IMUNOLOGI
berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata: Immunis
dan Logos. Immunis yang berarti kebal atau bebas, sedangkan
logos berarti ilmu.Sehingga Imunologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
sistem kekebalan, pertahanan dan sistem netralisasi benda atau subtansi asing
dalam tubuh.
Sistem
ini melindungi tubuh sepanjang waktu dari semua jenis penyerang yang berpotensi
menimbulkan penyakit pada tubuh kita.
Setiap
sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan di dalam
suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem akan
menghancurkan tatanan ini. Sistem imun sangat sangat diperlukan bagi tubuh
kita.
B.
SEJARAH IMUNOLOGI
Mithridates Eupatoris VI Raja di Pontis 132-63 sebelum Masehi merupakan orang
pertama yang dianggap ahli imunologi di dunia. Raja Mithridates
Eupatoris VI itu selalu merasakan kegelisahan dalam masa
pemerintahannya dikarenakan beliau takut pada musuh yang akan membunuhnya dengan menggunakan
racun. Maka dari itu Raja Mithridates Eupatoris VI mengebalkan
dirinya dengan cara mencari segala jenis racun yang ada pada saat itu dan
meminumnya sedikit demi sedikit sehingga dirinya kebal terhadap racun tersebut.
Maka kemudian usaha pengebalan diri terhadap racun yang dilakukan raja Yunani
ini dinamakan mithridatisme.
Pada abad 18, seorang istri duta besar Inggris di Turki menularkan
secara sengaja orang yang sakit atau mengalami penyakit cacar kepada orang yang
sehat. Pemberian kekebalan ini disebut dengan variolasi.
Seorang mahasiswa kedokteran Inggris
bernama Edward Jenner menemukan cara yang lebih aman untuk
menanggulangi wabah penyakit cacar. Jenner mengamati bahwa di samping virus
cacar yang menyerang manusia, terdapat jenis virus cacar lain yang menyerang
ternak (kuda atau sapi). Dimana virus cacar sapi ini pun diketahui dapat
menular pada manusia namun dengan gejala-gejala yang ringan. Ia pun mengamati
bahwa para gadis pemerah susu yang pernah tertular cacar sapi ternyata
lolos dari serangan wabah cacar manusia yang mematikan. Kemudian ia melakukan
penelitian dengan menularkan cacar sapi pada sekelompok orang, dan ternyata
hipotesisnya teruji kebenarannya.
Cara pemberian kekebalan yang
ditemukan Jenner ini dinamakan vaksinasi. Vaksinasi
berasal dari kata vacca yang berarti sapi. Perbedaan
konsep vaksinasi dengan variolasi terletak pada bahan yang sengaja ditularkan
pada manusia. Vaksinasi yang dilakukan oleh Jenner menggunakan bahan yang mirip
dengan organisme renik penyebab cacar pada manusia.
Vaksinasi kemudian berkembang lagi
dengan ditemukannya bibit penyakit yang telah dilemahkan sebagai bahan pemberi
kekebalan terhadap penyakit tersebut. Cara ini ditemukan oleh Louis
Pasteur, seorang ahli mikrobiologi, secara tidak sengaja. Pasteur dan
kawan-kawannya ingin memperoleh bibit penyakit yang dapat menimbulkan kekebalan
namun memiliki risiko yang rendah bagi orang tersebut, yaitu bibit penyakit
yang telah dilemahkan. Para ahli ini
meneliti bibit penyakit kolera pada ayam (Pasteurella aviseptica). Suatu ketika
Pasteur pergi berlibur meninggalkan bibit penyakit kolera tersebut sehingga
menjadi kurang perawatan, namun setelah pulang dari liburan tidak disangka
bahwa bibit penyakit yang kurang perawatan tersebut menjadi lemah, karena tidak
dapat lagi menimbulkan penyakit kolera pada ayam namun membuat ayam kebal
terhadap serangan bibit penyakit yang masih ganas. Maka, vaksinasi yang
dilakukan oleh Pasteur inilah yang kemudian berkembang luas hingga saat ini.
C. SISTEM IMUN
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem
perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar,
sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu,
dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan
terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah
dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Sistem imun
memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebaga :
1. Pertahanan Tubuh
Menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit,
dan jika sel-sel imun yang bertugas untuk pertahana ini mendapatkan gangguan
atau tidak bekerja dengan baik, maka orang akan mudah terkena sakit
2. Keseimbangan atau Fungsi Homeostatik
Menjaga keseimbangan dari komponen tubuh.
3. Perondaan
Sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampun
untuk memantau ke seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami
mutasi maka sel peronda tersebut akan membinasakannya.
Macam-macam sistem kekebalan tubuh
Sistem
kekebalan tubuh manusia dibagi 2, yaitu kekebalan tubuh tidak spesifik dan
kekebalan tubuh spesifik.
1. Sistem kekebalan tubuh non spesifik yaitu :
a. Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap
pertama
Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga
diebut kekebalan tubuh alami. Tubuh memberikan perlawanan atau penghalang bagi
masuknya patogen/antigen. Kulit menjadi penghalan bagi masuknya patogen karena
lapisan luar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan
mikroorganisme terhambat. Air mata memberikan perlawanan terhadap senyawa asing
dengan cara mencuci dan melarutkan mikroorganisme tersebut. Minyak yang
dihasilkan oleh Glandula Sebaceae mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau
lendir digunakan untuk memerangkap patogen yang masuk ke dalam hidung atau
bronkus dan akan dikeluarkjan oleh paru-paru. Rambut hidung juga memiliki
pengaruh karenan bertugas menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya.
Semua zat cair yang dihasilkan oleh tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung
enzimm yang disebut lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis
membran dinding sel bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah
dan mati. Bila patogen berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka
pertahanan kedua akan aktif.
b. Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap ke
dua
Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan
non spesifik, dimana jika ada patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh
dan menyerang suatu sel, maka sel yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi
yaitu histamin. Signal kimiawi berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh
darah dan akhirnya pecah. Sel darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit
keluar dari pembuluh darah akibat gerak yang dipicu oleh senyawa
kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya fagosit,sel-sel darah putih
ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut. Peristiwa ini disebut
fagositosis karena memakan benda padat, jika yang dimakan adalah benda cair,
maka disebut pinositosis. Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan
cara menyelubungi patogen tersebut dengan pseudopodianya dan membunuh patogen
dengan bantuan lisosom. Pembunuh dengan bantuan lisosom bisa melalui 2 cara
yaitu lisosom menghasilkan senyawa racun bagi si patogen atau lisosom
menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba. Pada bagian
tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak berpindah-pindah ke bagian tubuh
lain, antara lain : paru-paru(alveolar macrophage), hati (sel-sel Kupffer),
ginjal (sel-sel mesangial), otak (sel–sel
microgial), jaringan penghubung (histiocyte) dan pada nodus dan spleen.
Acidofil/Eosinofil berperan dalam menghadapi parasit-parasit besar. Sel ini
akan menempatkan diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim penghancur
dari granul-granul sitoplasma yang dimiliki. Selain leukosit, protein
antimikroba juga berperan dalam menghancurkan patogen. Protein antimikroba yang
paling penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem komplemen
yang berperan penting dalam proses pertahan non spesifik dan spesifik serta
interferon. Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi oleh virus yang
berfungsi menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila patogen
berhasil melewati seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan
segera berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai oleh limfosit.
2. Sistem kekebalan tubuh spesifik
a. Imunitas Diperantarai Antibodi
Respon imun yang diperantarai antibodi, limfosit
B berperan dalam proses ini, dimana limfosit B akan melalui 2 proses yaitu
respon imun primer dan respon imun sekunder.Jika sel limfosit B bertemu dengan
antigen dan cocok, maka limfosit B membelah secara mitosis dan menghasilkan
beberapa sel limfosit B. Semua Limfosit B segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan
merangsang sel Mast untuk menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang
antigen untuk mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup
untuk menyimpan antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang
tersisa ini disebut limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika
suatu saat, antigen yang sama menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat
menghasilkan lebih banyak sel Limfosit B dari pada
sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan merangsang sel Mast mengeluarkan
histamin untuk membunuh antigen tersebut. Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan
hidup untuk menyimpan antibodi yang ada dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan
kenapa respon imun sekunder jauh lebih cepat daripada respon imun primer.
Jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang sama dengan yang menyerang
sebelumnya, maka bias terjadi kemungkinan sakit yang disebabkan oleh antigen yang sama
karena limfosit B yang mengingat antigen tersebut sudah mati.
Limfosit B memori biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi
antibodi kecuali dikenai antigen spesifik. Jika tidak ada antigen yang sama
yang menyerang dalam waktu yang sangat lama, maka Limfosit B bisa saja
mati, dan individu yang seharusnya bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa
sakit lagi jika antigen itu menyerang, maka seluruh proses respon
imun harus diulang dari awal.
b. Imunitas Diperantatai oleh Sel
Untuk respon imun yang diperantarai sel,
Limfosit yang berperan penting adalah limfosit T. Jika suatu saat ada patogen yang berhasil masuk
dalam tubuh kemudian dimakan oleh suatu sel yang tidak bersalah (biasanya
neutrofil), maka patogen itu dicerna dan materialnya ditempel pada permukaan
sel yang tidak bersalah tersebut. Materi yang tertempel itu disebut antigen. Respon imun
akan dimulai jika kebetulan sel tidak bersalah ini bertemu dengan limfosit T
yang sedang berpatroli, yaitu sel tadi mengeluarkan interleukin 1 sehingga limfosit
T terangsang untuk mencocokkan antibodi dengan antigennya. Permukaan Limfosit T
memiliki antibodi yang hanya cocok pada salah satu antigen saja. Jadi, jika
antibodi dan antigennya cocok, Limfosit T ini, yang disebut Limfosit T pembantu
mengetahui bahwa sel ini sudah terkena antigen dan mempunyai 2 pilihan untuk
menghancurkan sel tersebut dengan patogennya.
Pertama, Limfosit T pembantu akan lepas dari sel
yang diserang dan menghasilkan senyawa baru disebut interleukin 2, yang
berfungsi untuk mengaktifkan dan memanggil Limfosit T Sitotoksik. Kemudian,
Limfosit T Sitotoksik akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel yang
terkena penyakit tersebut. Kedua, Limfosit T pembantu bisa saja
mengeluarkan senyawa bernama perforin untuk membocorkan sel tersebut sehingga
isinya keluar dan mati.
Komponen Sistem Imun
Komponen-komponen sistem imun
spesifik dan non spesifik yang terlibat dalam sistem pertahanan tubuh adalah :
1.
Makrofag
Meskipun berbagai sel dalam tubuh
dapat melakukan fagositosis,sel utama yang berperan pada pertahanan nonspesifik
adalah sel mononokluer (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonukleaar
seperti neutrofil.Fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman dapat
mencegah timbulnya penyakit. Proses fagositosis menjadi dalam beberapa tingkat
sebagai berikut:kemotaksis,menangkap,membunuh dan mencerna
2. Sel NK
(Natural Killer)
Sel NK adalah sel limfosit tanpa ciri-ciri
sel limfoid sistem imun spesifik yang ditemukan dalam sirkulasi.Oleh karena itu
disebut juga sel non B non T atau sel populasi ke tiga atau null cell.
Morfologis,sel NK merupakan limfosit dengan granul besar. sel NK dapat
menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma. Interferon
mempercepat pematangan dan meningkatkan efek sitolitik sel NK
3. Sel
mast
Sel mast berperan dalam reaksi
alergi dan juga dalam pertahanan pejamu dan jumlahnya menurun pada sindrom
imunodefisiensi. sel mast juga berperan pada imunitas terhadap parasit dalam
usus dan terhadap invasi bakteri.
4.
Antibodi
Antibodi
atau imunoglobulin adalah golongan protein yang dibentuk sel plasma
(proliferasi sel B) setelah terjadi kontak dengan antigen.
Ada lima
jenis Antibodi atau imunoglobulin, yaitu :
-
IgG
IgG
Merupakan komponen utama (terbanyak) imunoglobulin serum . Kadarnya dalam serum
sekitar 13 mg/ml merupakan 75 % dari semua Ig. IgG ditemukan juha dalam
berbagai cairan lain antaranya cairan saraf sentral (CSF) dan juga urin.IgG
dapat menembus plasenta dan masuk ke janin dan berperan pada imunitas bayi
sampai umur 6-9 bulan. IgG dapat mengaktifkan komplemen meningkatkan pertahanan
badan melalui opsonisasi dan reaksi inflamasi (peradangan).
-
IgA
IgA
ditemukan dalam jumlah sedikit dalam serum,tetapi kadarnya dalam cairan sekresi
saluran napas,saluran cerna,saluran kemih,air mata, keringat,ludah dan kolostrum
lebih tinggi sebagai IgA sekretori. Baik IgA dalam serum maupun dalam sekresi
dapat menetralisir toksin atau virus dan atau mencegah kontak antara toksin/virus
dengan alat sasaran.
-
IgM
IgM
merupakan Ig terbesar kebanyakan sel B mengandung IgM pada permukaannya sebagai
reseptor antigen. IgM dibentuk paling dahulu pada respons imun primer
tetapi tidak berlangsung lama,karena itu kadar IgM yang tinggi merupakan tanda
adanya infeks dini.
-
IgD
IgD ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam darah. IgD tidak mengikat komplemen,mempunyai aktivitas antibodi terhadap antigen berbagai makanan dan autoantigen seperti komponen nukleus. Selanjutnya IgD ditemukan bersama IgM pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen pada aktivasi sel B
IgD ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam darah. IgD tidak mengikat komplemen,mempunyai aktivitas antibodi terhadap antigen berbagai makanan dan autoantigen seperti komponen nukleus. Selanjutnya IgD ditemukan bersama IgM pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen pada aktivasi sel B
-
IgE
IgE
ditemukan dalam serum dalam jumlah yang sangat dikit. IgE mudah diikat mastosit
,basofil,eosinofil,makrofag,dan trombosit yang pada permukaannya memiliki
reseptor untuk fraksi Fc dari IgE. IgE dibentuk juga setempat oleh sel plasma
dalam selaput lendir saluran napas dan cerna .Kadar IgE serum yang tinggi
ditemukan pada alergi,infeksi cacing.
DAFTAR PUSTAKA
Subowo. Imunobiologi.
Edisi 2. 2009. Jakarta: Penerbit Sagung Seto
Kresno SB. Imunologi: Diagnosis dan prosedur laboratorium. Edisi
keempat. 2001. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia