Selasa, 10 Juni 2014

Boraks



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang
                        Makanan memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Selain menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk sumber tenaga dan pertumbuhan, makanan juga menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk mendukung kehidupan tubuh yang sehat. Karena itu untuk meningkatkan kehidupan manusia diperlukan adanya persediaan makanan yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas, selain mengandung semua zat yang diperlukan oleh tubuh makanan juga harus memenuhi syarat keamanan.
Sejak pertengahan abad ke-20, peranan bahan tambahan pangan khususnya bahan pengawet menjadi semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan pangan sintesis. Banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara komersil dengan harga yang murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti meningkatnya konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu.
Dewasa ini, masyarakat bukan hanya tertarik pada aspek bahan pangan yang memberikan cita rasa yang enak, tetapi lebih dari itu masyarakat telah tertarik pada hal-hal yang dimana bahan pangan itu baik untuk dikonsumsi, baik dalam hal cita rasa maupun komposisi penyusun dari makanan itu sendiri.
Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya dapat berupa positif maupun negatif bagi masyarakat. Penggunaan bahan tambahan pangan akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa.
Saat ini, bahan tambahan pangan sulit untuk kita hindari karena kerap terdapat dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari, khususnya makanan olahan. Apalagi penggunaan bahan tambahan makanan yang melebihi batas maksimum penggunaan dan bahan tambahan kimia yang dilarang penggunaannya atau berbahaya yang kerap menjadi isu hangat di masyarakat. Sama halnya seperti bahan pengawet lainnya, bahan tambahan pangan seperti boraks merupakan salah satu bahan yang dilarang digunakan dalam makanan namun keberadaannya di sekitar kita sudah tidak dapat dihindari karena begitu banyaknya produsen yang dengan sengaja menggunakan boraks dalam mengolah produksi pangan misalnya seperti produk olahan daging yakni bakso dan mie guna tujuan tertentu tanpa memperdulikan dampak yang akan ditimbulkan.
Meski masyarakat telah mengetahui terdapat bakso yang mengandung boraks, tetapi sebagian belum dapat membedakan antara bakso yang mengandung boraks dan bakso yang aman dikonsumsi. Oleh karena itu, pada praktikum ini sangat penting untuk dilakukan agar dapat mengidentifikasi kandungan boraks pada bakso dan mie.

B.   Tujuan
                        Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan boraks pada bakso dan mie.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Pengawet
       Pengawat adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan tambahan ini biasanya ditambahkan ke dalam makanan yang mudah rusak atau makanan yang disukai sebagai medium tumbuhnya bakteri atau jamur misalnya pada produk daging dan buah-buahan. Pertumbuhan bakteri dicegah atau dihambat tergantung dari jumlah pengawet yang ditambahkan dan juga pH atau keasaman dari makanan
B.   Boraks

Rumus Kimia         : Na2B4O7·10H2
Pemerian    : hablur,  transparan, tidak berwarna atau serbuk hablur
                          putih, tidak berbau. Larutan bersifat basa terhadap
                          fenolftalein
Kelarutan    : mudah larut dalam air mendidih dan dalam
                          gliserin, tidak larut dalam etanol.
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).




Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat atau NaB4O710H20. Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam boraks biasanya digunakan untuk bahan pembuat deterjen, mengurangi kesadarahan air dan antiseptic.
Boraks dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus serta memiliki kekenyalan yang khas. Dengan kemampuan tersebut boraks sering disalahgunakan oleh para produsen makanan yaitu digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan yang dijualnya seperti mie basah, bakso, lontong, cilok, dan otak-otak dengan ciri-cirinya tekstur sangat kenyal, tidak lengket, dan tidak mudah putus pada mie basah. Namun begitu boraks merupakan bahan tambahan makanan yang sangat berbahaya bagi manusia karena bersifat racun.
Boraks umumnya digunakan untuk mempercepat empuknya sayur mayur yang dimasak sekaligus memberikan aroma sedap, serta mempertahankan warna hijau dari sayuran lebih lama. Boraks dijual dipasarkan dengan label bleng, dengan maksud menyamarkan identitas aslinya. Bleng ini dapat dibeli dengan harga murah dan didapat dengan mudah, sehingga masyakat banyak menggunakan bahan berbahaya ini .
Boraks beracun terhadap semua sel, bila tertelan boraks dapat mengakibatkan efek pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. Konsentrasi tertinggi dicapai selama ekskresi. Ginjal merupakan organ paling mengalami kerusakan dibandingkan dengan orang lain. Dosis fatal untuk dewasa 15-20 g dan untuk anak-anak 3-6 g








C.   Analisis Kualitatif Boraks
Analisis Kualitatif boraks diantaranya adalah uji nyala, uji kertas kurkuma, dan uji kertas tumerik.
1.    Uji Nyala
        Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar, kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakar menghasilkan warna hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks. Prosedur dilakukan dengan melarutkan senyawa uji dengan metanol dalam wadah (cawan penguap) kemudian dibakar, warna api hijau menunjukkan terdapat senyawa boraks
        Kertas turmerik adalah kertas saring yang dicelupkan ke dalam larutan turmerik (kunyit) yang digunakan untuk mengidentifikasi asam borat. Uji warna kertas kunyit pada pengujian boraks yaitu dengan cara membuat kertas tumerik dahulu yaitu :
a.      Ambil beberapa potong kunyit ukuran sedang
b.      Kemudian tumbuk dan saring sehingga dihasilkan cairan kunyit berwarna kuning
c.      Kemudian, celupkan kertas saring ke dalam cairan kunyit tersebut dan keringkan. Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik.
        Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan memasukkan satu sendok teh boraks ke dalam gelas yang berisi air dan aduk larutan boraks. Teteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan. Amati perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan tersebut akan dipergunakan sebagai kontrol positif. Tumbuk bahan yang akan diuji dan beri sedikit air. Teteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas tumerik. Apabila warnanya sama dengan pada kertas tumerik kontrol positif, maka bahan makanan tersebut mengandung boraks. Dan bila diberi uap ammonia berubah menjadi hijau-biru yang gelap maka sampel tersebut positif mengandung boraks.
        Uji warna kertas kurkuma pada pengujian  boraks yaitu sampel ditimbang sebanyak 50 gram dan dioven pada suhu 1200 C, setelah itu ditambahkan dengan 10 gram kalsium karbonat. Kemudian masukkan ke dalam  furnance hingga menjadi abu selama 6 jam dan dinginkan. Abu kemudian tambahkan 3 ml asam klorida 10%, celupkan kertas kurkumin. Bila di dalam sampel terdapat boraks, kertas kurkumin yang berwarna kuning menjadi berwarna merah kecoklatan.

D.   Bahaya bahan pengawet boraks
 Tingkat pengetahuan yang rendah mengenai bahan pengawet merupakan faktor utama penyebab penggunaan boraks pada mie. Beberapa survei menunjukkan, alasan produsen menggunakan boraks sebagai bahan pengawet karena daya awet dan mutu mie yang dihasilkan menjadi lebih bagus, serta murah harganya, tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan
Hal tersebut ditunjang oleh perilaku konsumen yang cenderung membeli makanan berharga murah, tanpa mengindahkan kualitas. Dengan demikian, penggunaan boraks pada mie dianggap hal biasa. Sulitnya membedakan mie biasa dan mie yang dibuat dengan penambahan boraks, juga menjadi salah satu faktor pendorong perilaku konsumen tersebut
Deteksi boraks secara akurat hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan bahan-bahan kimia, yaitu melalui uji boraks. Untuk itu, perlu dilakukan upaya peningkatan kesadaran dan pengetahuan bagi produsen dan konsumen tentang bahaya pemakaian bahan kimia yang bukan termasuk kategori bahan tambahan pangan. Selain itu, diperlukan sikap pemerintah yang lebih tegas dalam melarang penggunaan jenis pengawet tersebut pada produk pangan



Mie basah digunakan untuk produk makanan seperti mie bakso, mie goreng, ataupun pada pembuatan makanan cemilan lainnya. Kadar air mie basah tergolong tinggi sehingga daya awetnya rendah. Penyimpanan mie basah pada suhu kamar selama 40 jam menyebabkan tumbuhnya kapang. Untuk itu, dalam pembuatan mie basah diperlukan bahan pengawet agar mie bisa bertahan lebih lama
Mungkin karena faktor ketidaktahuan banyak produsen yang menggunakan boraks sebagai pengawet. Selain memberikan daya awet, bahan tersebut juga murah harganya dan dapat memperbaiki kualitas mie. Menurut beberapa produsen, penggunaan boraks pada pembuatan mie akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal
Boraks dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi
Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 - 20 gram atau lebih









BAB III
METODE KERJA

A.   Alat dan Bahan
1.    Alat
a.    Erlenmeyar
b.    Beaker gelas
c.    Cawan penguap
d.    Tripot
e.    Kaca asbes
2.    Bahan
a.    Na2CO3
b.    HCl 5 N
c.    H2C2O4 jenuh
d.    Etil alkohol
e.    NH4OH 2 N / NaOH 2 N
f.     Sampel bakso
g.    Metanol
h.    Asam sulfat
B.   Prosedur
a.    Lebih kurang 20 gr contoh ditambah Na2CO3 secukupnya
b.    Arangkan diatas nyala api bunsen dan abukan didalm muffle
c.    Tambahkan air dan beberapa tetes HCl 5 N dan disaring
d.    Tambah 4 tetes H2C2O4 jenuh dan 1 ml etil alkohol
e.    Usapkan diatas penangas air sampai kering, bila terbentuk warna merah (merah cherry) maka positif borax
f.     Bila sisa pengendapan ditambah NH4OH 2 N atau NaOH 2 N maka akan terbentuk warna hijau kehitaman.





Prosedur lain dapat dilakukan dengan cara :
a.    Bahan yang mengandung boraks dihaluskan atau dipotong kecil-kecil (misal bakso dan mie basa) kemudian ditambah aquadest.
b.    Diambil filtratnya dan dipanaskan sampai kering
c.    Residu ditambah H2SO4 pekat dan ditambah methanol kemudian dinyalakan dengan batang korek api.
d.    Nyala hijau terang menunjukan positif boraks







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil Praktikum
No
Sampel
Nyala api
Keterangan
1
Bakso
Kuning - merah
Negatif Boraks
2
Mie
Kuning - merah
Negatif Boraks









B.   Pembahasan
     Pada praktikum kali ini, dilakukan analisis terhadap sampel bakso dan mie yang diduga mengandung bahan kimia natrium tetraborat atau yang lebih dikenal dengan nama boraks. Seperti yang kita ketahui, boraks merupakan senyawa kimia yang  biasanya digunakan untuk mengawetkan mayat ataupun specimen-spesimen biologi lainnya. Natrium tetraborat atau boraks, dilarang penggunaannya dalam makanan ataupun minuman. Penggunaan boraks dalam dosis yang rendah tidak akan menyebabkan kerusakan namun akan terakumulasi di otak, hati, lemak dan ginjal. Jika terakumulasi terus akan menyebabkan mal fungsi dari organ-organ tersebut sehingga membahayakan tubuh. Penggunaan boraks dalam dosis yang banyak mengakibatkan penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, demam, anuria dan dalam jangka panjang akan menyebabkan radang kulit, apatis, depresi, slanosis, pingsan, kebodohan dan karsinogen, bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh sebab itu berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dilarang menggunakan boraks sebagai bahan campuran dan pengawet makanan.
     Bila boraks diberikan pada bakso akan membuat bakso tersebut sangat kenyal dan tahan lama. Parahnya, makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks di Laboratorium.
     Sampel yang telah diuji dilaboratorium dengan metode nyala api menghasilkan reaksi nyala api berwarna merah yang menunjukkan bahwa sampel tersebut tidak mengandung bahan pengawet berbahaya boraks.
BAB V
PENUTUP

A.   Kesimpulam
     Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi boraks secara kualitatif dengan metode uji nyala pada sampel bakso dan mie didapatkan hasil negative boraks.

B.   Saran
     Boraks sebaiknya tidak digunakan dalam bahan tambahan pangan karena dapat memberikan efek racun pada manusia.

Tidak ada komentar: