LAPORAN KIMIA MAKANAN
UJI KADAR KEASAMAN MADU
NAMA : DICKY FANGIDAE
NIM :
PO 530333312 1222
TINGKAT : II B
JURUSAN
ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES
KEMENKES KUPANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Sejarah penggunaan madu oleh manusia
sudah cukup panjang. Dari dulu manusia menggunakan madu untuk makanan dan
minuman sebagai pemanis atau perasa. Madu
adalah zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar bunga.
Rasa manis madu disebabkan oleh unsur monosakarida fruktosa dan glukosa, sehingga memiliki rasa manis yang
hampir sama dengan gula. Diperlukan dua faktor untuk
menghasilkan madu, yaitu bunga yang nektarnya merupakan bahan baku pembuatan
madu dan serangga yaitu lebah yang merupakan tenaga ahlinya. Nektar adalah
senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula.
Perubahan nektar menjadi madu dimulai ketika lebah pekerja membawa nektar ke
sarangnya. Nektar yang berhasil dibawa pulang diberikan kepada lebah pekerja
lainnya untuk dicampur dengan air liur dan dihilangkan airnya
Madu memiliki rasa yang berbeda dari
pada gula dan pemanis lainnya. Kebanyakan mikroorganisme tidak bisa berkembang di dalam madu
karena rendahnya aktivitas
air dan tingkat
keasaman (pH) madu yang tinggi berkisar antara 3,2 sampai dengan 4,5 sehingga
dapat mencegah pertumbuhan dari mikroorganisme
Tingkat keasaman madu sangat perlu
diprhatikan untuk menjaga agar madu tetep higenis dan aman untuk dikonsumsi
oleh manusia. Untuk mengetahui kadar keasaman madu dapat dilakukan dengan cara
uji keasaman metoda alkalimetri.
B. Tujuan
Untuk
mengetahui kadar keasaman pada madu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengrtian
madu
Madu
merupakan cairan kental seperti sirup bewarna cokelat kuning muda sampai
cokelat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis mellifera. Konstituen dari madu
adalah campuran molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah
mineral seperti Magnesium, Kalium, Potasium, Sodium, Klorin, Sulfur, Besi, dan
Fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya
berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi
lebah. Disamping itu, didalam madu terdapat pula tembaga, yodium dan seng dalam
jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon.
B. Penggolongan
madu
Madu
berdasarkan asal nektar dapat digolongkan menjadi tiga bagian :
1.
Madu
Flora adalah madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Yang berasal dari satu
jenis bunga disebut madu monoflora, yang berasal dari aneka ragam bunga disebut
madu poliflora. Madu polyfloral dihasilkan dari beberapa jenis tanaman dari
nektar bunga.
2.
Madu
Ekstraflora adalah madu yang dihasilkan dari nektar diluar bunga seperti daun,
cabang atau batang tanaman.
3.
Madu
Embun adalah madu yang dihasilkan dai cairan hasil suksesi serangga yang
meletakkan gulanya pada tanaman, kemudian dikumpulkan oleh lebah madu dan
disimpan dalam sarang madu.
Sedangkan
madu berdasarkan proses pengambilannya dapat digolongkan menjadi dua bagian
yaitu :
1.
Madu
Ekstraksi (Extracted Honey)
Diperoleh dari sarang yang
tidak rusak dengan cara memusingkan atau memutarnya memakai alat ekstarktor.
2. Madu Paksa (Strained Honey)
Diperoleh dengan merusak
sarang lebah lewat pengepresan, penekanan atau lewat cara lainnya.
C. Komposisi
madu
Zat-zat
yang terkandung dalam madu sangatlah kompleks dan kini telah diketahui tidak
kurang dari 181 macam zat yang terkandung dalam madu. Dari jumlah tersebut
karbohidrat merupakan komponen terbesar yang terkandung dalam madu, yaitu
berkisar lebih dari 75%. Jenis karbohidrat yang paling dominan dalam hampir
semua madu adalah dari golongan monosakarida yang biasanya terdiri levulosa dan
dekstrosa. Levulosa dan dekstrosa mencakup 85% sampai 90% dari total
karbohidrat yang terdapat dalam madu, sisanya terdiri dari disakarida dan
oligosakarida.
Komposisi
terbesar kedua setelah karbohidrat adalah air. Jumlahnya biasanya berkisar dari
15% sampai 25%. Bervariasinya kadar air dalam madu disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya kelembapan udara, jenis nektar, proses produksi dan penyimpanan.
Selain
dua komponen diatas, madu juga mengandung banyak mineral baik yang bersifat esensial
maupun non esensial. Tabel berikut merupakan komposisi kimia dari madu per 100
gram.
D. Kualitas
madu
Kualitas
madu ditentukan oleh beberapa hal diantaranya waktu pemanenan madu, kadar air,
warna madu, rasa dan aroma madu. Waktu pemanenan madu harus dilakukan pada saat
yang tepat, yaitu ketika madu telah matang dan sel-sel madu mulai ditutup oleh
lebah. Selain itu, kadar air yang terkandung dalam madu juga sangat berpengaruh
terhadap kualitas madu. Madu yang baik adalah madu yang mengandung kadar air
sekitar 17-21 persen.
Warna
merupakan salah satu kriteria dari mutu madu. Biasanya warna madu cenderung
akan mengikuti tanaman penghasil nektarnya, misalnya madu yang berasal dari
tanaman lobak akan berwarna putih seperti air, madu yang berasal dari tanaman
akasia dan apel akan berwarna kuning terang, sedangkan madu yang berasal dari
tanaman lime akan berwarna hijau terang. Selain itu untuk madu yang telah
disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama maka akan cenderung mengalami
perubahan warna menjadi lebih tua.
Untuk
cita rasa madu ditentukan oleh zat yang terdapat dalam madu diantaranya
glukosa, alkaloid, gula, asam glukonat dan prolin. Rasa dan aroma madu yang
paling enak adalah ketika madu baru dipanen dari sarangnya. Sesudah itu, senyawa-senyawa
yang terdapat dalam madu sedikit demi sedikit akan menguap. Hal ini disebabkan
senyawa yang terdapat dalam madu bersifat volatil (mudah menguap). Karena itu,
untuk menjaga kualitas madu cara memanen dan menyimpan madu perlu diperhatikan.
Di Indonesia, untuk kualitas madu
sudah ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 01-3545-1994
seperti yang tercantum pada tabel. Dimana standar tersebut merupakan kriteria
dari mutu madu yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan
merupakan hasil revisi dari SNI tentang syarat mutu madu tahun 1992.
Tabel kualiitas madu Standar Nasional
Indonesia (SNI)
No
|
Jenis Uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
1
|
Aktivitas enzim diastase
|
DN
|
3
|
2
|
Hidroksimetilfurfural
|
mg/kg
|
50
|
3
|
Air
|
% b/b
|
22
|
4
|
Gula reduksi (dihitung sebagai
glukosa)
|
%, b/b
|
65
|
5
|
Sukrosa
|
%, b/b
|
5
|
6
|
Keasaman
|
ml NaOH
1 N
/ kg
|
50
|
7
|
Padatan yang tak larut dalam air
|
%, b/b
|
0,5
|
8
|
Abu
|
%, b/b
|
0,5
|
9
|
Cemaran logam
- Timbal
(Pb)
- Tembaga
(Cu)
|
mg/kg
mg/kg
|
1,0
5,0
|
10
|
Cemaran Arsen
|
mg/kg
|
0,5
|
E. Fakto-faktor
penentu kualitas madu
1. Glukosa
Gula
utama dari nektar adalah sukrosa, selama proses gula akan dihancurkan oleh
enzim invertase. Selama proses pematangan, gula nektar akan dipecah oleh
aktifitas enzim invertase menjadi bentuk gula sederhana yaitu glukosa dan
fruktosa. Secara simultan dengan hancurnya sukrosa, gula baru terbentuk
(fruktosa dan glukosa), jenis gula ini tidak terdapat pada nektar.
2. Kadar Air
Banyaknya air dalam madu
menentukan keawetan madu. Madu yang mempunyai kadar air yang tinggi akan mudah
berfermentasi. Fermentasi terjadi karena jamur yang terdapat dalam madu. Jamur
ini tumbuh aktif jika kadar air dalam madu tinggi. Kandungan air dalam madu
dapat diukur dengan suatu alat yang dinamakan hydrometer yang dilengkapi dengan
termometer. Selain itu pengukuran air juga dapat menggunakan alat yang
dinamakan refractometer.
3.
Keasaman
Dalam kandungan madu
terdapat sejumlah asam organik yang memainkan peranan penting dalam proses
metabolisme tubuh. Jenis-jenis asam tersebut adalah asam format, asam asetat,
asam sitrat, asam laktat, asam butirat, asam oksalat, dan asam suksinat.
4.
Warna, Aroma dan Rasa
Warna
madu tergantung dari jenis tanaman asal dan sifat tanah, tetapi tingkatan
pemanasan juga mempengaruhi warna. Pemanasan madu yang lama akan mempertua
warna. Panas yang tinggi akan membentuk kerak gula yang bewarna coklat yang
memberikan bau gosong pada madu.
Aroma
madu ada hubungannya dengan warnanya. Makin gelap warnanya, aromanya makin
keras atau tajam. Tetapi aroma mudah menguap. Oleh karena itu madu harus
dirawat dan ditutup rapat. Pemanasan menghilangkan sebagian dari aroma sedang
aroma telah mulai berkurang sepanjang proses ekstraksi. Paling baik madu jangan
dipanasi agar tidak banyak kehilangan aromanya.
Warna dan rasa adalah yang paling
penting dalam pemasaran madu dan dapat rusak selama pengolahan. Pemanasan madu
harus tepat agar jangan merusak madu. Madu yang berlebihan dipanasi warnanya
makin gelap dan rasanya zaperti zat terbakar. Pemanasan yang berlebihan juga
dapat menghilangkan aroma
BAB III
METODE KERJA
A. Prinsip
Netralisasi asam dengan basa
B. Alat
Dan Bahan
a. Alat
1.
Batang
pengaduk
2.
Beaker
gelas : 50ml, 100ml dan 250
3.
Buret
4.
Cawan
porselin 35ml dan 50ml
5.
Erlenmeyer
250ml
6.
Gelas
ukur : 10ml, 50ml dan 100ml
7.
Perkamen
8.
Pipet
tetes
9.
Sendok
tanduk
10.
Statif
dan klam
11.
Tissue
b. Bahan
1.
Air
suling bebas CO2
2.
Indikator
fenoftalein
3.
Kalium
biftalat (KHP)
4.
Madu
5.
NaOH
0,1 N bebas CO2
6.
pH
meter
C.
Prosedur kerja
1. Pembuatan
larutan baku NaOH 0,1 N
a)
Timbang
1,006 gr NaOH
b)
Larutkan
dalam 250 ml aquadest
2. Pembakuan
NaOH 0,1 N (FI edisi III 1979)
a) Timbang seksama 250 mg Kalium Biftalat
yang sebelumnya telah diserbukan dan dikeringkan pada suhu 1050 c
selama 2 jam.
b) Ditambahkan 10ml air bebas CO2 P untuk
melarutkan kalium biftalat
c) Ditambahkan indikator fenoftalein 3
tetes
d) Titrasi dengan larutan NaOH hingga
terjadi perubahan warna menjadi merah jambu mantap.
3.
Uji keasaman dalam madu (SNI
01-3545-2004)
a)
Timbang dengan teliti 10,0 g madu, masukkan kedalam erlenmeyer 250
ml kemudian larutkan dengan 75 ml air suling dan tambahkan 4 sampai 5 tetes
indikator PP.
b)
Titar dengan larutan NaOH 0,1 N sampai titik akhir yang tetap
selama 10 detik.
c)
Catat volume NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi.
d)
Sebagai alternatif, dapat digunakan pH meter dan contoh dititar
sampai pH 8,3
e)
Hitung keasaman dalam madu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pembuatan NaOH 0,1 N
250 X 4,001 = 1.000
1000
Yang di timbang :
1.006 gr
Penimbangan kalium
biftalat untuk pembakuan
NO
|
Kertas + sampel
|
Kertas + Sisa
|
Sampel
|
Vtat
|
1
|
0,556 gram
|
0,301 gram
|
0,255 gram
|
9,4 ml
|
2
|
0,547 gram
|
0,291 gram
|
0,256 gram
|
9,1 ml
|
2. Perhitungan Normalitas NaOH 0,1 N
N =
|
N1 =
=
=
= 0,1328 N
N2 =
=
= 0,1377 N
Ñ =
NI + N2
2
= 0,1328 N + 0,1377 N
2
= 0,1352 N
3. Penetapan kadar keasaman madu
NO
|
Wadah + sampel
|
Wadah + sisa
|
Sampel (gram)
|
VTAT
|
1
|
72,900 gram
|
62,8 gram
|
10,1 gram
|
6,2 ml
|
2
|
72,930 gram
|
62,8 gram
|
10,13 gram
|
6,1 ml
|
3
|
72,535 gram
|
63,53 gram
|
10,005 gram
|
5,5 ml
|
Perhitungan
kadar keasaman :
I
=
|
I =
=
82,9940 ml NaOH 0,1352 N/kg
= 11,2207 ml NaOH 1 N/kg
II =
=
11,0071 ml NaOH 1 N/kg
III =
= 74,3228 ml NaOH 0,1352
N/kg
=
10,0484 NaOH 1 N/kg
Kadar rata-rata =
=
10,7608 mL NaOH 1 N/Kg
Kadar keasaman sampel madu yang di uji
adalah 10,7608 mL NaOH 1 N/Kg
B. Pembahasan
Kualitas
madu dapat dilihat dari keasamannya. Pada umumnya madu memiliki rasa yang
sedikit asam yang di dapat dari fermentasi dan aktivitas enzym. Pada proses
fermentasi ini glukosa dipecahkan menjadi etanol dan karbondioksida, kemudian
alkohol mengalami reaksi lagi dan berubah menjadi asam asetat. Peningkatan
kadar asam dalam madu juga akibat aktivitas enzym glukosa oksidase yang akan
mengikat kandungan asam glukonat yang diubah dari glukosa
Pada
praktikum kali ini dilkukan uji kadar keasaman madu dengan metode alkalimetri
dan mendapatkan hasil 10,7608
mL NaOH 1 N/kg. Jika dibandingkan dengan Nilai standar Nasional Indonesia (SNI)
Nomor 01-3545-1994 yang
merupakan standar yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) mengenai
syarat dan mutu madu dengan
nilai total keasaman madu maksimal 50 mL NaOH 1 N/kg. Maka madu yang diuji
memenuhi standar dan dapat dikatakan baik untuk dikonsumsi.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian
Alkalimetri keasaman madu yang dibandingkan dengan nilai standar SNI dan
didapatkan hasil total keasaman sampel madu adalah 10,7608
mL NaOH 1 N/Kg.
Sampel
madu tersubut dapat dikatakan memenuhi standar dan layak untuk dikonsumsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar